Share !

Doa Seorang Penjelajah

Kisah dari seorang penjelajah





Sulit memang hidup dan terjaga di atas ladang ranjau. Tak selangkah bisa mundur dan tak selangkah juga bisa maju. Tapi kerasnya rasa ini menuntun diri ini untuk terus berjalan. Aku lebih baik mati di selangkahku ke depan, ketimbang mati menjadi pecundang saat menginjak ranjau di langkah mundur. Mengapa aku begitu tinggi dijatuhkan di lubang yang pekat dengan rasa-rasa seperti ini, begitu tinggi untuk terlalu cinta kepada orang yang benar benar dari kasat mata jauh berbeda dari kehidupanku, ya itu sebabnya mungkin aku mengaburkan pandanganku tentang urusan yang telah biasa dilihat mata (urusan fisik dan lainnya) dan aku sekarang melangkah tanpa apa apa kecuali hati dan keberanian yang sudah pekat di dalam dada ini. Atau kau tahu, rasa rasa di saat kau merasa sayang tapi kau takut kehilangannya. Rasa dimana kau telah kehabisan makananmu di tengah perjalanan yang mungkin panjang bagimu dan tersungkur di pinggiran ditemani rasa gundahmu, terkadang, tapi lalu orang orang desa memberimu makan sedikit demi sedikit dan kau selamat sampai sejauh ini. Orang orang desa itu sungguh tahu seberapa penting perjalananku untuk menempuh hidup ini, tapi mereka tak seberapa mengerti apa yang sebenarnya aku tuju. Mungkin sulit untuk menjelaskannya, karena mungkin hanya aku saja yang merasakannya. Dan di jeda-jeda perjalananku itu, yak! Dan saat aku merenungi kembali apa tekatku ini nyata sambil meratapi tanah, dan terkadang di bawah langit malam aku terbangun dan tersungkur di hadapan Tuhan dan memanjatkan do’a, menangis deras sekali, lalu mereka merangkul pundakku dan banyak berkata baik. Mungkin perkataan-perkataan itu bukan seberapa penting bekal perjalanan ini, tapi yang terpenting adalah niat ini. Niat dari dalam hati bahwa kau tak perlu lelah untuk mencapai apa yang kau tuju dari ucapanmu dan tekat batinmu, dan juga tak pernah sesekali melihat ke arah belakang dan melupakannya. apa kau sombong? Tidak! Aku telah mencatat poin bagusnya di dalam buku. Ya, dan tak akan pernah ku ingat lagi apa keburukannya.

Di perjalanan, mungkin orang-orang yang merangkulku tadi banyak bertanya “siapa namamu?”, “dari mana asalmu?”, “apa tujuanmu?”, tapi tak seberapa penting dan aku akan memulai dari yang terpenting “apa kau yakin?” dan mereka meneruskan dengan memberi dua pilihan “bila kau yakin teruskan dan bila kau ragu pergilah jauh jauh dari perjalanan ini” pertanyaan itu intinya sama, begitu pula dengan jawabannya. Mereka mungkin mendapat tanggapan sama dariku, jika tidak menganggukan kepala, mungkin aku sedikit berkata, “Ya! Apa ada kata yang lebih dari kata ‘yakin’?”. Saat aku bercerita panjang lebar apa yang sebenarnya aku tuju, yak! mereka bahkan tak sebegitu mengerti apa yang baru saja aku bicarakan. Sebenarnya yang ku tuju itu adalah hanya seorang wanita, atau tanpa kata ‘hanya’ di depannya bagi seorang tokoh utama, ya! Itu aku. Apa wanita ini benar benar tahu kau sekarang sedang di perjalanan menujunya? Ya, mungkin hanya tahu sedikit. Tapi akan ku buat Ia tahu dan benar benar tahu apa arti jalan-jalan panjangku ini untuknya. Lalu siapa wanita itu? Kau mungkin tahu. Bahkan kau mungkin tahu seberapa dalam kau mengetahui kehidupannya, tapi tetap saja kau tak pernah tahu bagaimana perasaan seorang wanita yang dari luar terlihat jelas dan di dalamnya ternyata lunak sekali. Yak, Ia wanita bukan? Berarti kau memang sudah pernah bertemu dengannya ya? Ya, setiap saat bahkan. Wanita itu lah maksud dan tujuanku ini. Ia-lah jiwaku yang menuntunku ke jalan ini, menuntunku untuk apa aku jauh jauh ke jalan ini. Lalu apa yang sebenarnya kau tuju? maaf, mungkin aku belum akan mau mengatakannya sebelum aku benar benar tahu apa artinya. Berikan aku kata kunci nak, mungkin aku tahu sedikit. “Cinta”. Mungkin orang orang itu tak lagi bertanya kepadaku, Ia lalu diam menambah panjang kesunyian ini dan memandangi hal apa yang sebenarnya mereka lupakan itu, banyak yang mereka lupakan termasuk kasih sayang. Yak! Sebuah kasih sayang.

Sungguh apa sebenarnya yang menggerakan kaki-kaki ini? apa yang membuat tatapan tatapan mata ini hanya terfokuskanya? apa yang membuat banyak kata tak penting keluar dari mulutku ini? Usaha sepenuh hati yang terkadang sangat konyol? tulisan-tulisan yang terkadang ada di alam bawah sadar? mimpi-mimpiku di malam hari? dan tangisanku di hadapan Tuhan kepada wanita ini? Itulah rasa sayangku. Mungkin wanita ini tak pernah tahu dan mengangap rasa sayangku itu adalah benar benar sayang. Tapi aku tak akan mau memundurkan langkah ini karena Ia kuharap tahu ada seseorang yang benar benar setiap waktunya sedang belajar untuk menemukan arti kata sayang yang sesungguhnya, untuk menyayanginya. Sungguh sedang ‘anak’ ini lakukan. Ku yakin Ia tahu, karena yang selama ini aku tahu, wanita ini bukan memberiku harapan kosong. Selama ini hanya Ialah, sungguh baru Ialah yang benar benar faham dan sedikit menghargaiku. Sungguh wanita yang ingin benar benar aku sayangi. Ya wanita dan keluarganya. Ia beri aku kesempatan itu untuk benar benar belajar. Sedikit demi sedikit Ia beri aku kejutan, Ia berikan aku yang benar benar belum aku tahu. Ia sama sekali bukan orang sombong yang memamerkan kesedihanya, Ia bahkan orang yang pelit untuk berbagi kesedihan. Sungguh hanya senyuman-senyuman itu, hanya kebahagianlah yang kudapat dari bersamanya, sama sekali bukan kesedihan yang Ia tunjukan. Ia wanita dengan segala kekurangannya tapi sengaja tak Ia tutupi pada siapapun termasuk aku. Tapi aku tak peduli dengan semua itu, aku tak peduli dengan wanita ini, aku tak pernah mengangapnya ada, yak, aku tak pernah menganggap segala kekurangnnya adalah nyata. Mengapa aku tak sebegitu peduli pada hal-hal ini? Sungguh mengapa yang terfikirkan di benakku hanya ingin menyayanginya? Mungkin beberapa kali wanita ini sengaja menguji, membuatku berhenti pada langkahku, tapi sayangnya aku tak mengerti, aku tak acuh. Aku benar benar fokus untuk menyayanginya. Aku hedon terkadang dan aku benar benar terbawa hati. Salahkah aku ini, Tuhan? Akan sulitkah ini baginya untuk dihadapi? Ada seseorang yang ingin menyayanginya tapi tak punya banyak ilmu untuk melakukannya. Ada seseorang yang ingin merangkulnya tapi tak tahu bagaimana melakukannya? Ada seseorang yang setiap saat ingin melihatnya bahagia dan menghapus kesedihannya tapi orang ini tak pernah mengerti, orang ini mungkin malah membuatnya kembali menangis? Seseorang yang setiap saat selalu mengganggunya dengan cara-caranya? Ohh Tuhan kuatkanlah Ia menghadapiku, kuatkanlah Ia selagi aku mencoba memahami ini. Kuatkanlah aku yang tak kuasa menahan haru saat aku berfikir Engkau Maha Pengasih mempertemukanku dengan wanita ini. Kuatkanlah aku dalam jalan panjang ini. Demi sayang ini.

0 komentar:

Visitor Hit