Share !

After an Afternoon

 Tentang Hari Indah di 6 September 2011


Kami bertemu hari ini, setidaknya baru rencana. Baru ada 2 rencana yang kubuat, melepas rindu dan bicara. Entah apa jadinya hari ini, "ayolah sampai kapan tak bertemu?" Dan pergilah, kami selesaikan semua urusan kami dahulu. Menanak nasi, lalu cepat cepat pergi. Rasanya hati mulai bergetar, tak tahan lagi menahan rindu. Sekejab langit menjadi redup, namun siapa yang perdulikan apakah rindu akan semakin rindu atau rindu lalu bahagia. Awan mendung melihatku dari jauh, mengendarai sepeda motor ini. Bahagia setiap putar rodanya. Di jalanan terbayang bayang manis senyummu, satu satunya senyum yang kujaga diperingkat pertama yang termanis sejagat raya. Sudah gemetaran badanku ini. Selama ini aku memikirkamu sayang, tiap saat tiap detik. Malam-malam akan jadi lebih dingin saat kau tak temaniku malam ini.Sungguh kau hidup terbesarku.... tak bisa jika tanpamu. oh ya Allah, jadikanlah wanita termanis sejagatku ini kekasih sejatiku. Ya sudah sudah, teringat setiap jalanan yang kita lalui berkeliling tanpa arah tak perhatikan jalanan yang lurus. Aku berkeliling dahulu sembari menunggunya kembali menghubungiku, kekasihku meminta waktu bersiap siap (setidaknya sedikit santai, heh). beberapa pesan ku balas di tengah jalan, Ia bisa marah jika tau ini, tapi bagaimana lagi aku merasa wajib membalasnya dulu. aku tiba di pagar itu, di depan rumahnya. Sekejap tanganku masih terus bergetar membuka pagar. Seseorang membuka pintu!! Niar!! senyumnya menyambut, ingin cepat cepat pingsan. Itu kekasihku!!

Setelah itu aku bertemu ibu, hari ini ibu bolos kerja karna masih suasana Hari Raya dan juga efek pimpinan yang acuh, dan ibu pun meluangkan bicara bersamaku, pagi ini ibu dan Niar hanya mengunjungi tetangga. Kami tentukan pilihan langsung pergi atau nanti nanti saja. Tapi setidaknya aku senang Niar membuatkanku minuman. Orange warnanya, dan sedikit kemanisan. Seharusnya tidak mesti Orange dan manis haha. Terima Kasih ya sayang. Minuman darimu pun yang paling manis sedunia. Ya, saatnya menon-aktifkan handphone untuk menghargai kami, waktu ini lebih berharga dari yang lain, dan berpamitanlah aku dengan ibu, meminta izin mengajak Niar jalan jalan hari ini. Dengan dua pesan dari ibu 'hati hati dan jangan malam malam' aku pergi membawa Niar. Sebenarnya aku sangat sangat ingin memelukmu sayang. Aku ingat suatu saat nanti aku akan memelukmu dan menjagamu selamanya. Membawamu kesetiap penjuru jalanan yang kita lalui dan kita jalani hari ini dengan penuh bahagia.


Waktu itu suasana jalanan sedikit ramai dan terik. Mendung juga sudah pergi bersembunyi. Ramai kendaraan hingga sulit memarkir. Aku ingin sekali berfoto berdua. Dan maaf sudah membuatmu menunggu lama. Kami bolak balik ke toilet. Duduk di pojokan dan berbagi cerita tentang anak kelinci yang lucu. Aku senang sekali melihatmu berkata kata. Aku senang kau selalu cerewet. Sungguh karna semuanya ada pada hati yang mulus. Kami berbagi kehangatan.


langit sebagian kembali mendung, kami memutuskan untuk makan. Berdua kami berbagi cerita. Tapi tak seharusnya Niar yang bayar, tak seharusnya seperti balas budi. 24.000 mungkin sangat berharga. Bibirmu memerah kepedasan, sungguh lucu tisue tisue-mu yang usang itu tak sedikit rasa segan mencoba memegangnya.Aku bercerita tentang masa depan, senangnya ada yang mendengarkan. Semoga kita bisa lalui ini bersama sayang. Sungguh aku berjuang ini hanya untukmu, semuanya hanya untukmu dan satu hati ini selamanya akan jadi milikmu. Tiap malam aku bersedih, banyak memikirkan tentang ini, dan sesaat senyummu datang akupun tenang. Aku sungguh yakin padamu !!

Senangku bertambah lagi, dan hilang beban ini. Kami pergi membaca buku, Niar membeli sebuah majalah, majalahnya dengan segel sedikit rusak Kami mencari buku tentang kelinci, memilih salah satu buku dengan judul besar 'kelinci' sudah pasti isinya kelinci. Mencari makanan apa saja yang beracun bagi kelinci, dan penyembuhan penyakit scabies. Sungguh lucu saat kau berkata lucu dengan gambar gambar kelinci itu, Senangnya menemanimu membaca, kau tunjuk salah satu halaman dan aku menyaksikannya. Saat kau sedang asik membaca, aku hanya terperanga memandangimu sambil senyum senyum sendiri. Sungguh, syukur ya Allah aku bisa sebahagia ini karna selalu disampingnya. Ya, Kami menukar dan membayar majalahnya lalu pergi..


Kala itu waktu sudah cukup sore, ayolah pakaian ini masih cukup bersih, mari kita solat sayang. Kami pergi ke masjid besar Al-Furqan. Berdua sangat sangat indah, aku menemaninya di tempat wudhu itu, menggandeng tasnya. Ikut berwudhu sampai selesai bersama. Kamipun solat berjama'ah. Aku mengimaminya. Hanya berdua. Indah bukan? Berdoa hanya untuk aku dan Niar, juga untuk keluarga kami. Aku menoleh ke arahnya, memandangi pandangan indah wajah manis itu. Wajahnya tersinari matahari jingga, indah berseri seri matanya sebening embun.Haru rasanya. Aku akan terus berjuang untuk ini sayang, untuk kita!


Mau Es krim? Tak perlu bingung, sore ini mari kita buat jadi indah. 1,2,3,4 toko akhirnya dapat juga Es Cone manis ini. Toko terakhir di persimpangan jalan yang agak sulit dan jalanannya agak ramai. Kamipun menentukan pilihan dan pergi lagi ke Masjid besar itu. Duduk duduk di pinggirnya, dan memecah sore menjadi hangat. Angin kencang menyapu alat alat kami, rambutnya pun berkibas sambil cahaya sore mengkilaukannya, tak salah aku bilang menyayangimu. Aku sayang setiap kekurangmu, dan mengaggapnya itu tetap yang terindah. Kau tanya sungguh, maka aku anggap sangat sangat sangat sungguh. Krimnya belepotan di bibirmu, aku ingin menghapusnya tapi malu. Biar saja lucu aku melihatnya haha, tertawa melihat foto foto tadi, memindahkannya ke dalam dompet masing masing. Menyimpannya dalam hati selamanya..
mari kita pulang sayangku, ibu tak mau bukan kita bermalam di masjid ini?


Niar tiba dirumah, aku masuk berpamitan. Bertemu Abang, Mbak Ika dan Ibu. Kala itu pasti sangat gerogi. Hari sudah sangat sore kasihan Niar yang mungkin lelah, andai saja sore masih panjang. Akupun berpamitan dan mencium tangan ibu. Bersalaman dengan mbak dan kakak. Di depan pintu aku menawarkanmu tanganku, ingin sekali seperti malam itu, kau mencium tanganku dan aku menangis di atas motor bahagia setengah mati. Tapi mungkin hari ini aku pulang tanpa itu.. mungkin kau sedikit canggung. Aku bahagia bersamamu hari ini. Aku hanya ingin engkaulah yang bersamaku sampai selamanya.

0 komentar:

Visitor Hit