Third Mensaversary
Tahukah apa
yang pertama kulakukan untuk menulis ini
apa? ‘Berfikir!’ Lalu menyobek, meremas, dan buang, menyobek, meremas, dan
membuang, menyobek dan akhirnya kembali berfikir untuk berhenti melakukan ini.
Mungkin kabar yang kau baca ini tulisan paling beruntungku karena berhasil
ditulis, tapi jadi sangat sangat beruntung karena dibaca oleh wanita paling
istimewa. Hmm, mungkin baiknya kita persingkat tulisannya sebelum si cantik ini
tertidur.
Kau pernah dengar ada seseorang yang bisa telepati? Mungkin kau sering
menyuruhku untuk melakukannya padamu? Atau mungkin kau bisa? Jika bisa cobalah
baca apa yang ada difikiranku! Ayo! … Sudah? Hmm, lebih baik tak usahlah.
Mungkin kau akan jenuh melakukannya karena isinya hanya itu itu saja. Lebih
lagi isinya dirimu sendiri pembaca yang cantik. Entahlah syndrome apa ini
namanya, membaca, menulis, ingin tidur, bermimpi, makan, minum, pergi, membeli,
mengendarai, melihat, bernyanyi, menelfon, mengobrol, menangis, berdoa, hujan,
cerah, tertawa, siang, sore, tengah malam, apa, dimana, dan kapanpun, semua
selalu bisa membayangkan dirimu. Kau makhluk terjelek yang pernah kutemui yang
memenuhi hampir seluruh isi kepalaku (maaf, subjeknya majas) tapi ini sungguh
sebenarnya yang kualami. Saat mulai merindukanmu, memikirkanmu, saat kau sakit,
sedih atau marah, itu bisa jadi hal buruk menakutkan yang kualami. Tapi
ketakutan ketakutan yang lain tak sebesar ketakutan terbesarku, ‘takut
kehilanganmu’. Namun sekali lagi ada yang selalu menyentuh pundakku,
menyadarkan dan meyakinkanku kembali, Ialah doa-doaku.
Hey nona manis! Agak sedikit malu untuk menceritakan ini. ‘Berdoa’. Kukira
itu momen yang tepat untuk selalu menangis. Lalu aku bertanya pada seorang
teman ‘apa kau menangis saat disunat?’ ‘tidak’ katanya tegas, ‘ya ku juga sama’
balasku lebih tegas lagi. ‘hm, tidak bukan itu maksudku. Apa kau pernah
menangis untuk hal lain?’ tanyaku lagi ‘tidak, laki-laki tak melakukan
menangis’ jawabnya. Kemudian sejak itu aku tak akan menangis untuk itu lagi…
Tidak >.< ! Aku baru saja berbohong. Aku menangis dan melakukannya. Dan
tahu dengan siapa aku tadi bertanya? Dengan pembohong juga. Dan kau tahu untuk
siapa aku menangis? Tak ada waktu sesering ini untuk menangis kecuali saat aku
berdoa. Hati ini seolah begitu hidup untukmu. Maaf nona manis, mungkin aku
telah membuat dosamu menumpuk. Tenang saja aku yang akan membayarnya. Amalanmu
sudah pasti lebih banyak dari apa yang kau beri padaku. Terimakasih nona
termanis yang kumiliki. Kaulah satu satunya yang kutangisi (Yeah)
Nona manis. Satu, maaf tulisanku agak kacau dan ngawur, dua maaf aku
memanggilmu Nona Manis karena kau memang manis. Tapi anggap saja ini efek
laparmu yaa (Hmm) Tapi aku masih ingin bicara. Aku ingin kau tahu bahwa
ingatkah kemarin saat dengan indah Allah swt mempertemukan kita untuk pertama
kali? dan sampai hari ini, aku sangat bahagia telah bersamamu, susah senang
bersama. Kuharap ini akan selamanya. Kuharap aku bisa selalu bersamamu sampai
akhir khayatku. Berbahagia, melihat selalu keindahan karya Tuhan yang terindah
yang kumiliki. Kaulah satu satunya yang mampu mengerti temani aku apa adanya.
Banyak orang yang bilang isi hati baik itu hati emas. Hati siapa yang emas?
Tapi hatimu jauh lebih berharga dari seindah emas. Terimakasih Kasihku.
Terimakasih Sayangku. Terimakasih atas segalanya. Tetap kita jaga ya? ☺ Happy Mensaversary yang ketiga sayang. Aku sayang
padamu … Niar Amalia-ku.
Oh ya, tahu apa yang kulakukan setelah menulis ini? Mengajakmu membacanya,
mengamininya, dan membuktikannya. Mari kita lakukan sayang ☺
0 komentar: